Portal Islam

Portal Islam

Rujukan Berita Islam Terbaru Hari Ini

Apr 30, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Makna Ikhlas dalam Islam dan Cara Meraih Keikhlasan

Makna ikhlas berasal dari bahasa arab yaitu kata خلص yang dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah karya Ibnu Farisyang dapat diartikan sebagai mengosongkan sesuatu dan membersihkannya. Kata ikhlas merupakan masdar dari kata آخلص yang memiliki arti murni, bersih, jernih, selamat, memisahkan diri, dan pembersihan sesuatu.

Makna Ikhalas

Di dalam al-Qur’an, kata ikhlas beserta derivasinya telah disebutkan sebanyak 31 kali. Selain itu juga diulang sebanyak 2 kali pada kata akhlasa dengan pelaku yang berbeda, lalu 20 kali pada kata mukhlis/mukhlisin/mukhlisun, 1 kali pada kata khalasa, kemudian 7 kali pada kata khalish/khalishah, dan 1 kali pada kata astakhlishu. Banyaknya penyebutan kata ikhlas beserta derivasinya mungkin bertujuan agar umat muslim benar-benar bisa menjadi orang yang ikhlas dalam segala hal.

Kemudian kali ini kita akan mengulas makna Ikhlas di dalam al-Quran yang setidaknya dapat dikategorikan dalam lima macam, sebagai berikut :

Pertama adalah ikhlas yang memiliki makna al-ishthifaa’ (pilihan). Sebagaimana firman Allah berikut ini:

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat”. (Q.S. Shaad : 46).

Dalam ayat tersebut, menurut Ibn al-Jauzi yaitu Allah WT telah memilih mereka dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang suci.

Kedua adalah ikhlas yang memiliki makna al-khuluus min as-syawaa’ib (suci dari segala macam kotoran). Sebagaimana firman Allah berikut ini:

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأنْعَامِ لَعِبْرَةً نُسْقِيكُمْ مِمَّا فِي بُطُونِهِ مِنْ بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَبَنًا خَالِصًا سَائِغًا لِلشَّارِبِينَ

Artinya: “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya”. (Q.S. an-Nahl : 66).

Dalam ayat tersebut dijelaskan mengenai susu bersih yang berada di perut binatang ternak, meskipun pada awalnya bercampur dengan darah dan kotoran. Namun pada akhirnya susu tersebut tetap bersih, murni, serta dapat dikonsumsi oleh orang-orang yang menginginkannya.

Ketiga, iklas yang memiliki makna al-ikhtishaash (kekhususan). Sebagaimana firman Allah berikut ini:

قُلْ إِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الآخِرَةُ عِنْدَ اللَّهِ خَالِصَةً مِنْ دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya: Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian (mu), jika kamu memang benar. (Q.S. al-Baqarah 94).

Dalam ayat tersebut Quraish Shihab berpendapat bahwa apabila kalian menganggap bahwa Allah SWT akan memberi kekhususan pada kalian di antara manusia-manusia lain dengan kenikmatan surga setelah mati. Dan apabila kalian benar-benar mengimani apa yang kalian katakan itu, maka jadikanlah kematian sebagai sesuatu yang kalian inginkan.

Keempat, ikhlas yang memiliki makna at-tauhid (mengesakan). Sebagaimana firman Allah berikut ini:

قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ ۖ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ۚ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ

Artinya: Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)”. (Q.S Al-A’raf: 29).

Dalam ayat tersebut ikhlas yang bermakna perintah untuk selalu mengesakan Allah SWT dalam beragama, yakni dengan kita beribadah, berdo’a dan dalam perbuatan taat lainnya harus dikerjakan semata-mata karena Allah SWT; bukan karena yang lainnya.

Kelima, ikhlas berarti at-tathhir (pensucian). Sebagaimana firman-Nya:

إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Artinya: kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka. (Q.S Al-Hijr: 40)

Ayat di atas menunjukkan kepada orang-orang yang hatinya telah disucikan oleh Allah SWT dari segala noda dan dosa sehingga mereka menjadi seorang hamba Allah SWT yang bersih dan sebagai kekasih pilihan-Nya.

Cara Meraih Keikhlasan

Keikhlasan tidak hanya membuat kita menerima kebaikan di dalam hati kita saja, tapi juga membuat kita mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

Allah akan menolong umat ini karena sebab orang miskin, karena do’a orang miskin tersebut, karena shalat mereka dan karena keikhlasan mereka dalam beramal.” (HR. An Nasai).

Namun, untuk menghadirkan rasa ikhlas dalam hati bukanlah suatu perkara yang mudah. Berikut adalah beberapa cara meraih keikhlasan yang dapat membantu meningkatkan rasa ikhlas dalam hati.

Perbanyak Doa

Cara yang dapat menolong seorang hamba agar hatinya dapat ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah SWT. Kita bisa melihat bagaimana Rasulullah SAW, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa,

Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui.” (HR. Ahmad).

Menyembunyikan Amal Kebaikan

Cara lain yang dapat kita upayakan agar mendapat lebih banyak keikhlasan adalah dengan menyembunyikan amal kebaikan yang telah dilakukan. Terkadang orang lain juga tidak perlu tahu hal bai kapa yang telah kita perbuat. Hal ini untuk menghindari riya’ dan iri dengki.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis berikut ini,

Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).

Memandang Rendah Amal Kebaikan

Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan segala aml kebaikan yang telah ia lakukan. Tapi terkadang pada akhirnya amalan tersebut dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) sehingga dapat merusak keikhlasan di dalam hatinya.

Semakin ujub seseorang terhadap amal yang pernah dilakukannya, maka semakin kecil dan rusak keikhlasan dalam amalan yang telah ia lakukan. Bahkan, pahalanyapun dapat terkikis habis.

Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here