2 Kepemimpinan Wanita dalam Islam yang Perlu Kita Contoh

2 Kepemimpinan Wanita dalam Islam yang Perlu Kita Contoh

Smallest Font
Largest Font

Melihat dalam perjalanan sejarah memang mayoritas pemimpin adalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Pemimpin perempuan hanya segelintir di antara mereka. Sebenarnya, terkait kepemimpinan, Islam tidak pernah melarang perempuan menjadi seorang pemimpin. Maka dari itu mari kita lihat seperti apa peran kepemimpinan wanita dalam Islam.

Kepemimpinan Wanita dalam Islam

photo: Naisha Hijrah

Dalam surat Al-Baqarah ayat 30 berbunyi :

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Wa iż qāla rabbuka lil-malā`ikati innī jā\’ilun fil-arḍi khalīfah, qālū a taj\’alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā`, wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak, qāla innī a\’lamu mā lā ta\’lamụn.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa manusia itu sama, yaitu diciptakan untuk menjadi khalifah dan menciptakan kemaslahatan di muka bumi. Rasulullah SAW juga telah bersabda, “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya,” (HR Muslim 3408).

Hadits tersebut menjelaskan seperti apa tugas dan kewajiban semua manusia sama, yaitu menjadi seorang pemimpin. Minimal kita dapat menjadi seorang pemimpin bagi diri sendiri. Bahkan Allah menyebutkan beberapa tokoh perempuan Islam di dalam Al-Quran.

Salah satu hal yang kerap kali menghambat perempuan menjadi pemimpin adalah narasi interpretasi ajaran agama yang memiliki anggapan bahwa sebaik-baiknya pemimpin adalah laki-laki. Padahal kalau kita melihat sejarahnya, pemimpin perempuan Islam sudah hadir sedari dulu.

Wanita Memiliki Andil Penting dalam Sejarah Islam

Dapat kita melihat mundur ke belakang bahwa kepemimpinan perempuan memiliki andil penting di dalam sejarah perkembangan Islam. Mereka menjadi contoh pemimpin yang menampilkan sisi kemanusiaan di tengah masyarakat zaman kegelapan (Jahiliyah) berusaha untuk menyingkirkan perempuan-peremuan yang berpotensi menjadi seorang pemimpin. Para perempuan pemimpin ini punya mental baja karena harus bertahan di tengah lingkungan yang sangat patriarkal dan menempatkan perempuan di kasta yang paling rendah.

Perempuan pemimpin dalam sejarah Islam juga hadir dengan keandalannya dalam berbagai bidang termasuk ekonomi dan juga pendidikan. Namun kini sayangnya banyak deretan nama yang bisa menjadi panutan untuk memantik lebih banyak lagi pemimpin perempuan dalam Islam itu direduksi dengan hanya menampilkan segi ketaatannya dan kesetiaannya saja dalam menemani tokoh-tokoh Islam kala itu. Padahal banyak sekali pemimpin perempuan di zaman Rasulullah yang dapat dijadikan contoh tidak hanya laki-laki namun juga perempuan.

Kepemimpinan Wanita dalam Islam 1; Khadijah Sebagai Saudagar Kaya

photo: Naisha Hijrah

Salah satu contoh tokoh pemimpin Islam yang pertama adalah Khadijah Al-Kubra misalnya. Sebelum beliau menjalani biduk rumah tangga dengan Rasulullah SAW, beliau adalah seorang perempuan mandiri yang memimpin perusahaan besar peninggalan sang ayah di Makkah. Pada zamannya memiliki anak perempuan adalah aib dan banyak orang tua yang kemudian membunuh anak mereka. Tidak seperti pemikiran orang pada umumnya kala itu ayah Khadijah, Khuwailid, dan ibunya, Fatima, sudah punya pemikiran lebih maju. Mereka mengajari Khadijah untuk berbisnis sejak kecil, oleh karenanya tak heran jika beliau sangat piawai dalam menjalankan bisnis keluarga seusai peninggalan ayahnya.

Namanya tersohor di kalangan suku mayoritas Quraish dan selain itu ia juga disegani oleh banyak masyarakat. Di tangan Khadijah, bisnis sang ayah maju pesa, ia dikenal memiliki integritas yang tinggi. Segala bisnis yang ia jalankan juga berhasil merambah ke pusat-pusat perdagangan seperti Suriah dan Yaman. Hebatnya lagi, Di sisi lain ia juga merupakan seorang ibu tunggal karena di tinggal mati oleh suaminya.

Khadijah dan Kepemimpinan Wanita dalam Islam

Meski Khadijah merupakan seorang pengusaha sukses dengan kekayaan berlimpah, namun juwa kemanusiaan yang dimilikinya sangatlah tinggi. Ia dikenal sebagai perempuan yang dermawan dan punya rasa empati yang besar terhadap sesama. Dalam buku Yasin T. al-Jibouri bertajuk Khadija: Daughter of Khuwaylid, mengisahnkan seorang Khadijah yang selalu memerintahkan bawahannya untuk membuka pintu toko agar mereka yang kelaparan bisa masuk untuk meminta makanan. Semua orang yang bekerja untuknya juga ia perlakukan dengan baik, termasuk Muhammad, yang sering kali diutusnya berdagang ke Suriah.

Dari sini dapat kita lihat bahwa kepemimpinan Khadijah yang selalu mengedepankan empati dan memperlakukan semua orang dengan baik dan setara terlepas dari siapa dan seperti apa latar belakangnya. Mereka yang tidak punya rumah, fakir miskin yang kelaparan datang dengan perut kosong selalu pulang dengan perut terisi. Atas kebaikannya tersebut Khadijah mendapat julukan Ameerat Quraysh atau putri Quraish, dan Al Tahira yang berarti ketulusan. Sungguh mulia bukan? Ini artinya Islam juga tidak mengjalangi Wanita untuk menjadi seorang pemimpin bahkan Khadijah mendapat julukan yang sangat mulia.

Kepemimpinan Wanita dalam Islam 2; Aisyah Intelektual Muslimah

photo: Naisha Hijrah

Sebagai istri Rasulullah SAW setelah Khadijah wafat, Aisyah memiliki peran baru yang tidak kalah penting dalam perjalanan kepemimpinan seorang wanita dalam Islam. Aisyah juga merupakan orang yang paling dipercaya oleh Rasulullah karena memiliki wawasan yang luas, cerdas dan juga kritis. Setelah Rasulullah SAW wafat Aisyah menjadi orang yang dipercaya untuk memimpin komunitas Muslim di jazirah Arab. Dari Aisyah pula banyak tercetak intelektual-intelektual yang berpengaruh besar dalam perjalanan sejarah Islam. Ia punya dedikasi besarda dalam proses penyebaran Islam yang inklusif.

Aisyah dikenal sebagai orang pertama yang membuka sekolah di rumahnya pada masa itu. Baik perempuan maupun laki-laki diperbolehkan untuk bersekolah di sana. Aisyah juga menyediakan program beasiswa bagi pelajar yang memang ingin bersungguh-sungguh. Bahkan tokoh-tokoh besar dalam Islam banyak yang belajar dari Aisyah.

Aisyah Sebagai Ibu Orang Beriman

Nama Aisyah juga kerap kali diperdebatkan pada peneliti sejarah Islam kontemporer sebagai tokoh perempuan yang revolusioner feminis dalam Islam. Hal tersebut mengacu pada beberapa hadisnya Aisyah sering menyerukan pada perempuan agar perannya tidak boleh dipersingkat untuk di rumah saja, mereka harus memainkan peran aktif dalam kehidupan dan juga kegiatan keislaman. Tak heran atas segala keahlian dan dedikasinya terhadap penyebaran Islam, Aisyah dianggap sebagai ibu orang-orang beriman. Sosoknya adalah contoh nyata perempuan dalam sejarah Islam awal yang bisa menggabungkan, agama secara spiritual, aktivisme, pendidikan, dan kepemimpinan. Sungguh seorang perempuan yang sangat luar biasa.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow