Jangan Mempersulit Orang Lain, Permudahlah Urusannya!
Rasulullah Muhammad SAW memiliki kepribadian yang baik, tetapi semua itu tidak menjadikannya eksklusif. Justru, kesederhanaannya mengemuka, sehingga siapapun yang berada didekatnya merasa damai dan dirangkul. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selalu menyarankan agar jangan mempersulit orang lain.
Dalam urusan dakwah Islam, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengimbau umatnya untuk saling memudahkan urusan satu sama lain dan tidak memberatkan. Dalam sebuah hadis, sebagaimana terhimpun Musnad Imam Ahmad, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Ajarkanlah, permudahlah dan jangan mempersulit.”
Jangan Mempersulit Orang Lain
Dalam sebuah hadist, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah berdoa, “Ya Allah, barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barangsiapa yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya.” (HR Muslim)
Lawan dari kemudahan adalah kesukaran. Jika seorang Muslim mempermudah urusan kebaikan atau duniawi orang lain maka insya Allah ia akan dinaungi keberkahan dan kemudahan dalam hidupnya. Hal itu selama interaksi yang diperbuatan bukan suatu kedzaliman.
Allah SWT akan memberikan kemudahan bagi umat Islam yang juga memudahkan urusan orang lain. Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).
Dalam riwayat lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ ، وَمَنْ كَانَ فِـيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ ، فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًـا ، سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Seorang Muslim adalah saudara orang Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzhaliminya dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain (bahkan ia wajib menolong dan membelanya)[ Fathul Bâri (5/97, Kitâbul Mazhâlim)]. Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa akan menolongnya. Barangsiapa melapangkan kesulitan orang Muslim, maka Allâh akan melapangkan baginya dari salah satu kesempitan di hari Kiamat dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, maka Allâh menutupi (aib)nya pada hari Kiamat.( H.R. Muslim no. 2580).
Jangan mempersulit orang lain, dalam hadis lain disebutkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berpesan untuk memberikan kemudahan dan agar orang yang punya urusan itu tenteram tidak khawatir maupun takut. Anas bin Malik berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Permudahlah dan jangan mempersulit, dan jadikan suasana yang tenteram, jangan menakut-nakuti” (HR Muslim).
Masih dalam hal dakwah, misalnya, setiap kali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyuruh sahabatnya untuk menangani atau menyelesaikan suatu urusan yang menyangkut orang lain, beliau selalu berpesan kepada sahabatnya untuk mempermudah dan jangan mempersulit.
Abu Musa Al-Asy’ari menuturkan bahwasanya ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengutus salah seorang sahabatnya untuk menyelesaikan suatu urusan (berkaitan dengan orang lain), beliau kemudian bersabda, “Sampaikanlah kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti, serta permudahlah dan janganlah mempersulit.” (HR Muslim).
Jangan mempersulit orang lain karena memudahkan urusan orang lain juga memiliki beberapa keuatamaan. Di antaranya mengacu kepada kisah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang dikisahkan dalam dalam hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani berikut:
Dikutip dari buku “Menjadi Manusia Luhur” yang ditulis olehArjuna Wibowo, pada suatu hari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh sahabat beliau: “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah perbuatan yang paling dicintai Allah? Rasulullah Saw menjawab:
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain. Sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapus kesusahan orang lain, atau melunasi utang orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan.” (HR. Thabrani).
Selain itu, kita juga dianjurkan untul memberikan bantuan kepada orang lain karena hal ini juga dapat menolak bala, sebagaimana dinyatakan, “Sedekah itu dapat menolak tujuh puluh pintu bala.” (HR Thabrani).
Pertolongan Allah kepada seseorang juga bergantung pada pertolongan yang dilakukannya sesame hambanya. “Sesungguhnya Allah akan menolong seorang hamba-Nya selama hamba itu menolong orang lain.” (Hadits Muslim, Abu Daud Dan Tirmidzi).
Dalam hal berhutang juga kita dianjurkan untuk mempermudah urusannya, kemudahan kepada yang kesulitan (dalam utang) ganjarannya besar. Hal ini kemudian dapat dilakukan dengan dua cara :
Pertama, memberikan tempo serta kelonggaran waktu sampai ia berkecukupan dan mampu membayar utang. Hal ini sebenarnya hukumnya wajib, karena Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, “Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih bagimu, jika kamu mengetahui.” (Al-Baqarah/2:280)
Kedua, dengan membebaskan hutangnya apabila orang tersebut sudah tidak mampu lagi membayar hutangnya. Perbuatan-perbuatan ini memiliki keutamaan besar karena mempermudah urusan orang lain.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كَانَ تَاجِرٌ يُدَايِنُ النَّاسَ ، فَإِذَا رَأَى مُعْسِرًا قَالَ لِفِتْيَانِهِ : تَـجَاوَزُوْا عَنْهُ لَعَلَّ اللهَ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا ، فَتَجَاوَزَ اللهُ عَنْهُ
Artinya: “Dahulu ada seorang pedagang yang selalu memberikan pinjaman kepada manusia. Jika ia melihat orang itu kesulitan membayar hutangnya, ia berkata kepada anak-anaknya, ‘Bebaskanlah hutangnya, mudah-mudahan Allâh memaafkan kita (dari dosa-dosa),’ maka Allâh pun memaafkannya” (an-Nasâi :318).
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa jangan mempersulit orang lain. Karena Allah akan memberikan kemudahan kepada siapa saja yang memudahkan urusan sesamanya.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow