Portal Islam

Portal Islam

Rujukan Berita Islam Terbaru Hari Ini

Apr 30, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Doa Menghadapi Hinaan dan Agar Terhindar dari Kejamnya Fitnah

Sebagai manusia sebenarnya kita tidak memiliki kapasitas untuk menghakimi dan menghina orang lain. Ketika kita mengahadapi hal yang demikian, kita bisa memanjatkan doa untuk menghadapi hinaan dan juga fitah.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa hal ini cukup berat, tapi hal ini adalah sunnatullah siapapun akan mengalaminya bahkan orang yang paling mulia sekalipun tak lepas dari hinaan yaitu Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Imam Syafi’i menyampaikan dalam salah satu sya’irnya, “mencari keridloan manusia sesuatu yang mustahil untuk dicapai” (irdho’u al-naas ghaayatun laa tudrak).

Contoh lain adalah dari Abu Hanifah tatkala beliau sedang mengajar ditengah saat menyampaikan kajian beliau tiba-tiba ada seseorang yang mencela beliau, namun yang beliau lakukan adalah tidak menoleh sedikitpun kepada pencela tadi juga tidak memotong pembicaanya. Dan, beliau juga melarang para muridnya untuk membentaknya. Setelah selesai mengajar beliau pulang ke rumah dan kemudian beliau menyampaikan kepada orang yang mencela tadi: “ini rumah saya kalau ada yang belum tersampaikan silahkan disampaikan sehingga tidak ada lagi yang mengganjal di hatimu, maka malulah orang yang mencela dan meminta maaf kepada Abu Hanifah.” (Lihat: Durus Syekh Abu Ishaq al-Huwainy, Jilid: 3/100).

Rasulullah Shallahu A’laihi Wasallam pernah bersabda:

وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

Bila ada seseorang yang mencaci dan mencelamu dengan aib yang ada padamu, janganlah engkau membalas mencelanya dengan aib yang ada padanya, karena dosanya akan dia tanggung. (H.R. Abu Dawud dalam sunannya, Jilid: 4/98).

Contoh kisah selanjutnya adalah ketika ada seorang Yahudi melintasi Ibrahim bin Adham (W. 162 H) dan ia bersamanya seekor anjing. Kemudian orang Yahudi tersebutberkata “wahai Ibrahim mana yang lebih suci antara anjing ini atau jenggotmu?

Ibrahim bin Adham kemudian menjawab berkata, “wahai kamu orang Yahudi mengapa engkau samakan antara anjing dan jenggot kami? Kemudian beliau melanjutkan, “kalaulah jenggotku nanti berada di surga maka jenggotku ini lebih baik dari anjingmu, tapi kalau jenggot saya berada di dalam neraka maka anjingmu lebih baik dan lebih suci”.
Setelah itu orang yahudi mengucapkan syahadataian (dua kalimat syahadat) dia berkata, “ini tidaklah dilakukan kecuali orang orang yang berakhlak nabi”.

Begitulah ketawadhuan Ibrahim bin Adham sehingga dapat membuat hati  seorang Yahudi tersebut terketuk dan masuk islam.

Rasulullah SAW bersabda :

فَوَ اللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً، خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

“Demi Allah, jikalau Allah memberi hidayah kepada satu orang dengan sebab dirimu, hal itu benar-benar lebih baik bagimu daripada unta-unta merah.” (H.R. Imam Nasa’i dalam sunannya, Jilid: 5/110).

Sepertinya kita semua tahu bahwa dalam kehidupan kita belajar untuk mengerti bahwa tidak semua orang baik itu akan selalu baik dan sebaliknya, tidak selamanya orang jahat akan selalu jahat. Salah satu bentuk keburukan tersebut adalah fitnah. Apabila orang menghina dan hinaan tersebut tidak benar selain bisa menyakiti hati bisa juga hal tersebut menjadi fitnah.

Terdapat sebuah peribahasa yang mengatakan bahwa ‘fitnah lebih kejam dari pembunuhan’, peribahasa ini memang sesuai dengan realita karena korban fitnah bisa saja mengalami sakit mental. Hal ini karena ketika dampak dari fitnah ini bukanlah luka fisik namun luka batin.

Fitnah merupakan perkataan yang keluar dari mulut seseorang namun tidak sesuai dengan kenyataanya. biasanya  bentuk fitnah berupa membicarakan keburukan orang lain atau menyebarkan aib seseorang yang belum tentu semua itu sesuai dengan realita. Orang terkadang menghina orang lain tanpa mencari tahu kebenarannya.

Tujuan dari melakukan fitnah adalah untuk menimbulkan kegaduhan yang ditujukan kepada orang tertentu sehingga orang tersebut dijauhi oleh lingkungannya. Selain itu fitnah juga bisa diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya menyakiti orang lain, berusaha menyingkirkan orang lain dan bahkan menghina dan menjatuhkan orang lain.

Doa Menghadapi Hinaan dan Fitnah

1. “Rabbana la taj’alna fitnatan lil qaumidz dzalimin. Wa najjina birahmatika minal qaumil kafirin”.

Artinya: “Ya Tuhan kami. Semoga Engkau tidak menjadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang dzalim (buruk amal perbuatannya), dan pastinya Engkau pun berkenan menyelamatkan kami dengan rahmat-Mu dari (tipu daya) orang-orang yang kafir (mengingkari dan memusuhi ajaran-ajaran-Mu).”

2. “Allaahumma innii a’uudzubika minfitnatinnaari wa a’dzaabinnaar. Wafitnatilqabri waadzaabil qobri. Allahumma innii a’uuzubika min syarri fitnatilmasiihiddajjaal. Allahummaghsil qolbii bimaaitslji wal barod. Wa naqqiqolbii minal khothooyaa. Kamaa naqqoitatsaubalabyadho minaddanasi. Wa baa ‘idbaitanii wa baina khothooyaaya kamaa baa ‘adta bainalmasyriqi wal maghribi. Allaahumma innii a’udzubika minal kaisal wal maaktsami wal maghrom”.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dan adzab neraka, fitnah dan adzab kubur, keburukan fitnah, kekayaan dan keburukan fitnah kefakiran. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan fitnah Dajjal.

Ya Allah bersihkanlah hatiku dengan salju dan air es, serta sucikanlah hatiku dari tiap kesalahan sebagaimana Engkau menyucikan pakaian putih dari kotoran. Dan jauhkanlah antara diriku kesalahan-kesalahanku itu sebagaimana Engkau menjauhkan timur dan barat. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, perbuatan dosa, dan utang.”

3. “Robbanaa ‘aatinaa miladunka rohmatan, wahayyi’ lanaa min amrinaa rosyadaa”.

Artinya: “Ya Allah, berikan lah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini”

4. “Robbanaa laa tuaa khidznaa innasiinaa au akhtho’na, robbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamaltahuu ‘ala al ladziina min qoblinaa, robbana walaa tuhammilnaa maa laa thoo qatalanabih, wa’ fuanna waghfirlanaa warhamnaa, anta maulana fansurnaa ‘ala al qaumilkaafiriin”

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.

Berikan maaf kepada kami, ampuni lah kami, dan rahmati lah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Semoga kita semua dapat terhindar dari orang-orang yang ingin menghina kita dan memfitnah kita. Kita tentunya menginginkan untuk didekatkan dengan orang yang saleh agar bisa lebih dekat dengan Allah SWT.

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here